JAVA EARTHQUAKE
( Keadaan Darurat )

Pada 5.54 Sabtu 27 Mei 2006 tiba-tiba Jawa Tengah telah terjadi suatu gempabumi dengan ukuran 5.9 Skala Richter. Selama seminggu mengarahkan gempabumi itu, tadinya masyarakat lokal hidup di bawah ancaman dari suatu letusan raksasa dari gunung api yang lokal, Gunung Merapi, berasal dari utara. Tak seorangpun sedang mengharapkan atau bersedia untuk menerima suatu bencana yang yang berawal dari selatan itu.

Panik dan kebingungan dilalui. Banyak orang berpikiran akan menimbulkan tsunami yang menakutkan seperti yang telah memukul Aceh pada bulan Desember 2004. Beberapa menafsirkan bahwa Gunung Merapi sedang meletus. Yang Lain percaya bahwa suatu perbuatan yang masa lampau, kota Klaten yang telah terkena suatu gempabumi raksasa paling parah, membinasakan kerajaan di masa lampau tentang Jogyakarta dan Solo telah dipenuhi.

Sesungguhnya, gempabumi menyerang hanya sampai lepas pantai selatan itu dari Jawa Tengah, 20km selatan dari kota yang sangat didiami yaitu Jogyakarta. Kota itu sendiri mengalami kerusakan lebih sedikit dibandingkan kota dan desa/kampung selatan dan timur, yang mana di dalam banyak area yang diderita total pembinasaan. Getaran telah dirasakan sangat jauh sekali di kota lain yaitu Semarang dan Surabaya dengan diam-diam juga dirasakan sebebaliknya dari Pulau Jawa. Yayasan Gunungan ditempatkan di Nyanyian tunggal, kira-kira 55km dari timur Yogyakarta dan 75km pusat gempabumi. Itu masih sangat dirasakan di sini, seolah-olah tanah yang padat adalah hanya sedikit kaki yang mengapung di atas tubuh dari air mengayun-ayun dengan kasar mundur dan pemain depan. Dalam jangka waktu panjang tak seorangpun mengenal persisnya apa yang telah terjadi, sampai laporan berita mulai disiarkan di televisi. Seperti hari terus, luas dari bencana menjadi semakin lebar.

Pagi berikutnya, para petugas dari Yayasan Gunungan yang dijumpai merumuskan suatu rencana untuk menyediakan bantuan darurat kepada korban gempabumi itu. Steve yang mengatur operasi itu, Pram yang telah mengkoordinir bantuan ditempat itu dan Ratni yang menyediakan sumber dan logistik kendali di Solo. Para Direktur dan koordiner dari perusahaan lokal, Nova Furniture, mulai memberikan dana. Yang memerlukan sedikit waktu untuk membelanjakan pembelian persediaan, mengatur pengangkutan dan mengorganisir sukarelawan. kemudiannya sorenya, truk, pickup dan mobil, mengangkut makanan, deklit, obat-obatan dan 10 relawan dari pekerja Yayasan Gunungan dan Politeknik Pratama Mulia, Solo ditinggalkan tidak mengetahui sesungguhnya apa yang terjadi. Ketika regu memandu ke arah yang paling keras dirasakan yaitu di area Bantul, banyaknya rumah yang kelihatan roboh di sisi jalan.

Pada saat itu regu masuk desa Bantul, suatu rumah yang masih berdiri menjadi perkecualian itu. Puing yang ditutup tentang jalan dan bagian-bagian dari jembatan yang telah berkurang.

Sorenya, regu menuju ke desa Bawuran di daerah Bantul. Mereka dijumpai oleh sejumlah Kepala desa lokal, yang menerangkan bahwa situasi sekarang tidak baik. Orang Desa yang telah mengungsi ke tempat aman dan menyediakan kemah kecil, dengan sebagian bekal kecil yang mereka telah atur untuk menolong mereka untuk menyelamatkan diri. Indonesia mempunyai dua musim, musim hujan dan panas. Musim hujan adalah umumnya selesai pada akhir Mei, tetapi regu telah diberitahu bahwa ada hujan amat deras malam sebelumnya dan orang desa tengah berteduh di bawah hanya beberapa lembar seprai plastik yang mereka telah selamatkan. Seperti diterangkan, musim hujan memulai lagi yang berakibat suatu hujan badai dengan petir. Tidak ada yang dapat mencegah malam itu dan regu tetap membuat rencana dengan Kepala desa malam itu juga.

Paginya regu telah menyiapkan untuk memulai pembagian persediaan. Dengan kerjasama orang desa memimpinnya, 5 kemah di sekitar, segera dikunjungi. Pengeras suara telah dibawa dan dipasang. Masing-masing dari mereka berkemah, beberapa macam tempat perlindungan, mereka mulai membangun dan membantu memasak dengan beberapa penggorengan dan panci.

Di kemah pertama yang dikunjungi regu telah ditemukan 3 orang dengan kaki dan lengan yang patah. Bidai dan perban telah siap dipakai, bagaimanapun orang-orang ini telah merasakan panas dan hujan amat deras selama 3 hari dan 2 malam dengan makanan dan air yang terbatas.

Banyak rumah sakit di Jogyakarta sangat penuh dalam waktu yang singkat karena menampung korban gempa bumi yang mereka tidak mampu lagi menerimanya.

Regu yang dipanggil di sekitarnya dan menemukan suatu rumah sakit di Solo yang masih bisa menerimanya dan orang-orang ini seketika mengungsi. Mereka telah sampai tepat pada waktunya dan minggu berikutnya dikembalikan kepada keluarganya dengan aman. Regu yang kemudiannya mendengar banyak korban lain yang belum diungsikan pada waktunya, langsung ditetapkan untuk menolongnya. Karena orang-orang yang lemah ini satu-satunya pilihan tadi.

Ketika korban diungsikan, regu melanjut proses distribusi itu. Beras, mi, sayur-mayur, susu, biskuit, kain terpal dan persediaan obat-obatan telah dibagi-bagikan pada masing-masing penempatan.

Selama dua hari regu tetap menerima sejumlah truk besar berisi perbekalan dari solo, dan mendistribusikan di antara desa itu. Mereka juga menyimpan data dari masing-masing penempatan yang dikunjungi. Sependapat berkemah mereka telah diberitahu tentang kematian dari satu anak perempuan yang muda. Dia tadinya sibuk menyiapkan sarapan dengan nya ibu dan saudara kandung yang lebih tua ketika gempabumi diserang. Ketika dinding dan atap terhadap rumah mereka mulai mengguncangkan, rumah mereka panjang berlarian menuju keluar. Ibu dan saudara kandung lebih tua mengerti waktunya, tetapi anak perempuan yang lebih muda, siapa yang dulu tidak terlalu cepat, tidak menjangkau pintu di depan sehingga atap dan dinding di dalam roboh.

Sore berikutnya seorang regu lagi duduk dengan Kepala desa Memberi isyarat musim hujan mulai lagi. Salah satu dari Kepala desa menunjukkan regu dua pistol yang tua yang sedang dibawanya. Pertama Ia menerangkan bahwa rumah nya telah dibinasakan, ia tidak punya pilihan tetapi membawa di sekitar pemilikan yang penting Ia menyiratkan alasan yang lain. Salah satu dari desa yang belum kita kunjungi adalah kemashyuran untuk menjadi tempat yang berbahaya. Regu yang lain telah mencoba untuk mengirim perbekalan di sana tentang pembebasan para pekerja tersebut. Sarana angkut mereka telah diserang dan ornag yang memimpin regu telah diseret dari sarana angkut nya. Sesungguhnya ini bukanlah satu-satunya kejadian dari peristiwa macam ini. Kelompok bersepeda motor sedang menarik di sepanjang truk di jalan, memanjat diatas kapal dan mengambil alih sarana angkut dengan semua perbekalan nya. Jika desa dengan tidak ada perbekalan mulai memecahkan mereka yang mempunyai persediaan, kemudian mereka harus siap.

Setelah tiga hari mengirimkan perbekalan desa yang kekurangan persediaan dengan cukup memlihara mereka menyerbu sedikitnya selama satu minggu. Regu yang diatur desa. Memimpin untuk melanjut pengiriman persediaan dua kali satu minggu langsung dari Solo. Mereka sekarang pindah ke penempatan yang berbeda. Area Bantul telah disurvei. Itu jelas sekarang, empat hari setelah bencana, banyak dukungan permulaan telah tiba dari perusahaan lokal, Angkatan bersenjata Indonesia dan para agen relawan internasional. Sesungguhnya, jalan-jalan yang dapat dilalui sedang tersumbat dengan truk persediaan dan van seperti halnya pelancong bencana dan anak-anak yang memohon uang.

Regu secara terus menerus menerima panggilan dan pesan teks yang meminta bantuan. Di hari berikutnya mereka membuat penyerahan tunggal menetes sama dengan jumlah desa yang ada sekitar Bantul.

Namanya “Bantul' yang telah menyebar ke seberang dunia menjadi terkenal sebagai pusat dari bencana dan itu jelas bahwa semua para agen bantuan yang telah memimpin langsung ke sana. Seperti banyak dukungan kini tiba di Bantul, regu memutar perhatian mereka kepada mereka yang melaporkan, tetapi sangat jelek dipukul, area Klaten, timur dari Yogyakarta.

Di daerah Klaten, regu yang ada di desa yang jauh menurun dan menyediakan suatu penempatan distribusi di desa dari Srajen.

Kemudian suatu pos distribusi adalah juga dibentuk di desa dari Gaden.

Persediaan dari sumber banyak orang, kedua-duanya lokal dan internasional, kini mencapai bahkan desa yang terbuang itu. Yayasan sekarang berbalik perhatian nya ke isu dari trauma pembebasan dan rekonstruksi.

Menurut Badan Kordinasi Bencana Nasional ( BAKORNAS), satu bulan setelah gempabumi, total populasi yang terpengaruh oleh bencana adalah 2,700,000. Banyaknya rumah yang sepenuhnya binasa adalah kira-kira 140,000 dengan rata-rata 470,000 menderita kerusakan gempabumi tersebut.

Seperti yang dilaporkan oleh WHO-THE Organisasi Kesehatan Dunia, banyaknya orang-orang yang mati diperkirakan pada 6,234, dengan banyaknya terluka 57,790. walaupun pemerintah Indonesia adalah mendamaikan figur dan menghasilkan statistik akhir. Selama suatu bulan, Yayasan Gunungan yang telah membagi-bagikan 6,000 kg beras, 400 kotak mi instant dan 60 tenda yang besar seperti halnya yang terpenting yaitu susu bubuk, air minum, gula, minyak goreng, tempat tidur, obat-obatan, pakaian, makanan bayi dan bahan mencuci, bakal-bakal, untuk sekitar 10,000 orang di 20 desa seberang yang area terburuk dampak gempabumi.

| english version | versi indonesia | english site map | menu versi indonesia |
Copyright © 2007 Yayasan Gunungan
All Rights Reserved.